-
RATU SAMBAN, BE - Banjir yang melanda Kota Bengkulu, semakin meluas saja, dan tidak hanya terjadi di Kecamatan Sungai Serut. Namun kali ini, banjir justru menyerang pemukiman padat penduduk di Jalan Putri Gading Cempaka Kelurahan Penurunan. Banjir merendam pemukiman warga di tiga RT. Yaitu RT 15, RT 14, dan RT 1, dengan ketinggian air mencapai lutut orang dewasa.Akibat banjir tersebut, warga melakukan blokade jalan di sepanjang jalan tersebut, hingga Polsek Ratu Samban. Sekitar 250 KK menjadi korban atas bencana tersebut, dimana air mulai memasuki pemukiman warga sejak pukul 17.30 WIB.
Salah seorang warga setempat, Achyar, mengakui bahwa musibah tersebut terjadi sejak banyaknya pembangunan Ruko di Kelurahan Penurunan. Sehingga aliran air tidak bisa berjalan lancar, dan menjadi genangan yang akhirnya menjadi bencana setiap musim hujan tiba. Untuk itu ia mengharapkan agar pemerintah bisa mengatasi hal tersebut.
“Dulu sebelum ada BIM tidak pernah ada banjir, namun kali ini tidak bisa dihindarkan lagi. Apalgi jumlah ruko juga bertambah, sehingga kami lah yang menjadi korban. Untuk itu jalan ini kami tutup, sebagai bentuk keprihatinan,” cetusnya.
Ketua RT 14 Kelurahan Penurunan, Ramli (66) mengatakan, hampir 20 lebih rumah warganya yang terendam banjir. Namun sejauh ini pihaknya masih akan melakukan pemantauan lebih lanjut, dan akan melaporkan musibah ini kepada Pemkot Bengkulu agar segera menurunkan bantuan.
“Cukup dalam air banjir ini,, belum tentu akan surut dalam waku dekat ini. Ini sudah hampir setiap musim hujan kami merasakan banjir. Hal ini sudah kita laporkan kepada Pemkot Bengkulu, begitu juga di RT lainnya. Untuk RT kami ada 47 KK yang menjadi korban,” jelasnya.3 Hari Dikepung Banjir
Sementara itu, banjir yang melanda ratusan rumah di Kecamatan Sungai Serut dan Muara Bangkahulu, belum juga surut. Banjir ini terjadi karena meluapnya sungai Bengkulu dikarenakan hujan yang terus melanda Kota Bengkulu. Selain karena hujan yang melanda Kota Bengkulu, banjir ini juga merupakan kiriman dari hulu sungai Bengkulu. Tidak kunjung surutnya air dalam tiga hari terakhir dikarenakan hujan masih terjadi dihulu dan saluran air yang ada tidak berfungsi dengan baik.
“Pintu air itu tersumbat, jadi air susah untuk surut karena jalan air untuk keluar terhalang. Lihat air tidak bergerak sama sekali, biasanya cepat surutnya,” kata Erioden (35) warga RT I Tanjung Jaya.
Warga lainnya, Sirtak (50) warga RT 03 Tanjung Jaya mengakui kalau banjir seperti ini sudah biasa dan mereka hanya menunggu surut saja, bahkan terkadang karena banjir kiriman, tidak ada hujan tiba-tiba banjir.
“Saat ini belum ada bantuan yang turun. Padahal warga tidak melakukan aktivitas apa-apa karena masih sibuk menjaga barang, karena takut air akan meninggi,” kata Sirtak. (cw2/160) -
SELUMA TIMUR, BE - Jalan lintas barat (jalinbar) Sumatera penghubung Bengkulu-Jakarta kemarin (10/11) diblokir puluhan warga Kelurahan Sembayat Kecamatan Seluma Timur selama 2,5 jam. Akibat ribuan kendaraan terpaksa tertahan sampai 3 jam akibat macet sampai sejauh 5 km. Aparat kepolisian tak dapat berbuat banyak, lantaran pemblokiran tersebut dilakukan sebagai bentuk protes badan jalan yang banjir akibat tak dibangun drainase oleh pemerintah.
Pantauan BE di lokasi, puluhan warga yang terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak mulai pukul 14.30 WIB saat hujan deras mengguyur turun ke jalan. Mereka memblokir jalan yang digenangi air sepanjang 150 meter di lokasi padat penduduk itu dengan jumlah ban bekas serta material lainnya. Tak hanya itu, warga pun memasang pagar betis di 2 sisi jalan bahkan memasangkan alat tangkap ikan berupa jaring pada genangan air yang ketinggiannya sekitar 40 cm di lokasi itu.
Selama 2,5 jam barisan kendaraan roda 2, roda 4 dan roda 6 terlihat berjejer sekitar 2,5 km ke arah pusat ibukota Kabupaten Seluma Tais dan 2,5 km ke arah Mapolres Seluma. Setelah pemblokiran berlangsung sekitar 1 jam, sempat terjadi insiden adu mulut antara anggota polisi dan warga. Pasalnya, sejumlah anggota polisi mencoba membujuk warga untuk membuka blokir jalan, langsung direspon warga dengan mengancam akan menurunkan seluruh warga Kelurahan Sembayat untuk menambah pagar betis di tempat kejadian perkara (TKP).
“Bapak-bapak semua, mari kita buka saja blokir ini, kasihan pengguna jalan sudah ribuan orang yang tertahan. Aspirasi masyarakat cukup disampaikan kepada pemerintah daerah, pasti pemerintah akan memperhatikan,” imbau salah seorang polisi Bripka Sugeng. Bukannya warga menuruti imbauan polisi, malah warga balik menantang. “Sebelum banjir ini diatasi dengan membuka siring di sini kami tidak akan membuka blokir ini,” bentak salah seorang warga Ahmad (35) kepada polisi.
Mendapat ancaman tersebut, polisi pun melunak. Sesaat kemudian, sejumlah anggota Kodim 04/25 Seluma pun diturunkan untuk membujuk warga agar membuka blokir. Namun hasilnya pun nihil. Tapi akibatnya, macet makin panjang. Bahkan 1 unit ambulan rumah sakit yang tengah membawa pasien pun ikut tertahan. Beruntung warga yang mulai makin nampak beringas menghentikan semua kendaraan itu, memberi jalan bagi ambulan dan menggiringnya hingga benar-benar dapat melintas.
Aparat polisi benar-benar dibuat cemas saat pemblokiran tersebut. Jumlah kendaraan yang tertahan makin membeludak, hingga pukul 16.30 WIB. Ketika hujan mulai reda massa warga Kelurahan Sembayat malah makin bertambah memenuhi pemblokiran jalan. Lurah Sembayat Nusirwan dan 3 orang pejabat Pemkab Seluma yang turun ke lokasi, Asisten I Yoesirnan Yoenoes SE, Assisten II Drs Abdul Wahid MM, dan Kepala Satpol PP Drs Muhpian Ahmad pun tak berhasil membujuk warga agar memblokir jalan.
Massa kemudian bersedia membuka blokir setelah seorang perwira Polres Seluma AKP Merzon menyatakan jaminan dari Pemkab Seluma dan polisi dihadapan warga akan membuat drainase untuk mengatasi banjir rutin di lokasi tersebut. Mendengar perihal tersebut, warga pun dengan sukarela membuka blokir dengan sendirinya. Tapi macet tak berhenti sampai di situ, karena kendaraan tadinya sudah menumpuk hingga perlu waktu setengah jam bagi polisi untuk mengatur lalu lintas hingga sampai lancar kembali.//Bupati Ikut Terjebat
Sementara itu, saat pemblokiran terlihat sebuah mobil dinas salah seorang bupati di Provinsi Bengkulu ikut terjebat berjam-jam. Mobil Toyota Land Cruiser berplat bernopol BD 1319 SR nampak mutar-mutar di dekat blokiran warga ke arah Polres Seluma atau arah Bengkulu Selatan (BS). Terlihat mobil kepala daerah tersebut mencari jalan alternatif. Namun tetap saja tertahan bersama ribuan kendaraan lainnya. (444) -
Walhi Bengkulu memperingati hari Lingkungan
Provinsi Bengkulu memiliki kawasan pantai sepanjang 525 Km, pantai Bengkulu termasuk kawasan di Pulau Sumatera yang mengalami Abrasi terparah di sepanjang Pantai Barat Sumatera dimana laju Pengurangan daratan Provinsi Bengkulu rata rata 2,5 Meter per tahun. Pengurangan daratan ini disebabkan akumulasi beberapa faktor dampak Global warming dan perubahan Iklim Mikro Lokal :
1. Naiknya permukaan air Laut
2. Peningkatan pergerakan arus bawah laut yang menggerus Pasir Pantai
3. Terpaan Gelombang laut dan badai yang dipengaruhi oleh Perbedaan Iklim mikro daratan dan lautan
4. Kerusakan kawasan hutan mangrove dan Sempadan pantai oleh proses eksploitasi
Perubahan konstruksi alam diatas dalam jangka panjang mengancam keberadan Pulau Sumatera dan dalam jangka Pendek meningkatan kerentanan daerah terhadap bencana gempa dan badai, dimana dalam 5 tahun terakhir lebih dari 5 kali Gempa Berkekuatan diatas 7 SR di lepas pantai mengguncang Provinsi Bengkulu, dan terjangan badai dan gelombang pasang yang menerpa hingga 500 meter kedaratan Bengkulu selama 3 bulan dalam 1 Tahun.
Kesadaran akan ancaman bencana dan proses perubahan luas bentang pulau ini telah mulai disadari oleh pemerintah daerah dan masyarakat, hanya saja bentuk respon yang dilakukan lebih mengarah kepada kesiapan daerah menghadapi bencana, dan belum mengacu kepada upaya kolektif membuat daerah terhindar dari bencana. Kesalahan pandangan ini selain meciptakan sikap apatis masyarakat juga membuat pemerintah terus membuka pintu bagi pengusaha untuk melakukan eksploitasi di kawasan Pesisir Bengkulu.
Di Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu, laju pengurangan daratan jauh melampaui rata rata abrasi di Sumatera, dimana laju pengurangan daratan mencapai 16,7 Meter pertahun akibat aktivitas Penambangan Pasir Besi di sempadan dan Lepas Pantai Kabupaten Seluma.
Menghadapi kondisi ini Walhi Bengkulu bersama Warga 2 Desa, Desa Penago baru dan Rawa Indah telah melakukan Upaya advokasi Kebijakan untuk Perubahan paradigma Pengelolaan Sumberdaya, sehingga diawal 2009 ini, proses penambangan Pasir Besi dikawasan ini dihentikan oleh Pemerintah daerah dan Perusahaan, dan warga dengan kesadaran sendiri melakukan upaya pengembalian fungsi kawasan dengan melakukan penghijauan dan pemulihan ekosystem secara swadaya. Dan mulai mengkaji model pengelolaan alternatif bagi arti penting kawasan pantai bagi masyarakat.
Bencana sosial dan politik
Terbukanya gerbang investasi pengeksploitasian sumber daya alam yang dilakukan secara “jor-joran” oleh pemerintah pusat dan daerah tidak hanya, memicu kepada bencana alam akan tetapi ini juga dapat memicu kepada bencana sosial dan politik. Sebagai contoh memicu terjadinya konflik antara masyarakat dengan masyarakat, atau masyarakat dengan pengusaha bahkan juga dengan pemerintah sekalipun. Karena tanah garapannya dicaplok.
Imbas dari konflik ini semua, mengakibatkan pada kerugian yang diderita oleh pihak yang bertikai. Jika dirunut secara sistematik, rakyat kecil adalah pihak yang paling dirugikan.
Berikut data-data konflik yang siap meledak yang sekarang sedang menjadi fokus perhatian Walhi Bengkulu :
Konflik Agraria :
1. Masyarkat Padang Guci melawan Perkebunan kelapa sawit tujuh ribu Kepala Keluarga (KK) terancam kehilangan tanah garapan milik mereka sendiri
2. Konflik warga Pasar Ngalam melawan PT. Agri Andalas tiga warga desa ditahan oleh kepolisian
3. Warga Sawang Lebar melawan PT. Bimas raya 500 kk terancam kehilangan sumber mata pencaharian
4. Warga 4 desa kecamatan Pino Raya melawan PT. Agricinal dengan kasus kecurangan perjanjian perkebunan sawit plasma yang dilakukan oleh PT.Agricinal
5. Warga Desa Tanjung Aur kabupaten Bengkulu Selatan dan warga semidang alas maras Kabupaten Seluma melawan Pemda BS dalam perebutan lahan eks perkebunan kakao SWK. Karena keserakahan para pejabat daerah.
Konflik Warga korban Tambang
1. Kecamatan Ilir Talo 2250 jiwa terancam tenggelam oleh gelombang pasang akibat eksploitasi Pasir besi di Sempadan pantai dan Lepas pantai. Mereka terancam kehilangan desa mereka tinggal karena potensi banjir
2. Warga 7 Desa Kecamatan napal Putih, ketahun, putri hijau melawan perusahaan Tambang batu bara. 7 desa terisolir 1 desa kehilangan lahan pertanian karena eksploitasi tambang batubara
3. Warga 2 Desa kecamtan Pondok suguh Melawan Upaya eksploitasi daerah aliran Sungai Air Beraw. 2 desa terancam banjir bandang karena proses pertambangan di daerah aliran sungai Air Berau
4. Warga Kota Bengkulu melawan perusahaan pengangkut batu bara. Negara mengalami kerugian karena rusaknya fasilitas jalan sepanjang 140 KM.
5. Warga kelurahan Teluk Sepang Kota Bengkulu yang merasa terancam oleh proses pencurian pasir di sempadan pantai, pantai ketaping.
Konflik pemanfaatan Hutan
Warga Desa senali Menuntut Penegakan hukum setara terhadap aparat pelaku Illegal Loging
Kasus-kasus diatas merupakan bentuk lemahnya penegakkan hukum dan ketidakpedulian pemerintah terhadap kondisi rakyatnya.
Konflik ini merupakan BOM waktu bagi Provinsi Bengkulu, bila pemerintah sebagai amanat rakyat tidak mempunyai upaya serius untuk mengambil kebijakan yang berpihak kepada kepentingan publik.
Arah kebijakan pemerintah yang pro kepada investor atau pemilik modal adalah paradigma kepentingan yang membela orang-orang kaya. Memang dibutuhkan kerja keras dari setiap elemen rakyat untuk menempatkan posisi kedaulatan rakyat adalah di atas segala-galanya. Ini adalah pekerjaan rumah kita yang masih panjang. NAMUN WALHI BENGKULU MENEGASKAN UNTUK MEMULAI PROSES KE ARAH ITU ADALAH POLDA DAN PEMDA HARUS BERANI MENCABUT HAK GUNA USAHA PERTAMBANGAN DAN PERKEBUNAN BESAR YANG BERMASALAH. -
Desa Lubuk Resam Kecamatan Seluma Utara memiliki potensi yang bagus untuk kawasan wisata alam maupun kegiatan untuk aktivitas kelompok pecinta alam. Potensi itu didukung dengan adanya aset hutan lindung register 37 Bukit Sanggul, arus deras Sungai Seluma, goa besar di Bukit Gasing, dan kondisi alam yang mendukung lainnya sehingga menjadi daya tarik tersendiri.
Gambar: BengkuluTravelers
Sejak Senin (27/10) hingga 3 November mendatang, sebanyak 25 anggota organisasi mahasiswa Pencinta Alam Sosial Politik (Palasostik) Fisip Unib menggelar latihan dasar (latsar) yang ke-16. Rangkaian kegiatan meliputi pelestarian hutan lindung dan lingkungan,olahraga arus deras (oras), susur goa, hingga mengidentifikasi kearifan warga setempat.Ketua Rombongan Latsar Palasostik, Oriza Satifa mengungkapkan alam Desa Lubuk Resam menjadi pilihan pihaknya sebagai tempat berlatih karena kondisi alam setempat sangat mendukung. Lubuk Resam memang tempat yang bagus untuk melakukan latihan aktivitass pencinta alam, kata mahasiswi Fisip Unib itu didampingi temannya, Arafik Trisno.Ditambahkan Arafik, selain sarana latihan, desa itu dipilih sebagai tempat kegiatan juga dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada warga setempat agar tetap melestarikan alam sekitar.













